Jean itu adalah gadis keturunan china mukanya bulat , berlesung pipit , wajahnya dianugrahi dengan raut kecantikan gadis tionghoa yang murni, , Kulitnya putih kekuningan tanpa riasan make up. wajah aslinya yang justru tampak lebih ayu dan matang. matanya bulat sipit dan juga bening jernih .
Mata sebening itu konon hanya dimiliki gadis yang berwatak baik . Dengan senyuman keceriaan masa belia yang sangat jelas nampak menambah kesempurnaan fisik yang ada dalam dirinya , Apalagi. Suaranya yang lembut bak bidadari bersenandung , mampu memikat hati Suwandi.
Sudah 3bulan lamanya Ia menjalani cinta buta di dunia maya. Jeannete juga sering telpon-telponanan dengan pacar dunia maya nya itu.
Sampai tibalah saat pertemuan yg ditunggu-tunggu, menjadi kesepakatan bersama kala itu Jeannete menemui Wandi di hari Minggu untuk pergi ke gereja, tik-tak jam dinding membawa nya cepat menuju minggu pagi. diawali dengan saat teduh pagi (laudes) yang rutin dilakukan Jean pada jam 06.00 pagi, yah ritual ibadah yang dilakukannya untuk mengingat Tuhan yang telah bangkit. hati Jean sebenarnya berteriak-teriak memohon agar waktu tidak mempercepat lajunya untuk menemui Wandi .
Pada hari minggu yang cerah dan langit kebetulan sedang biru tanpa ditutupi oleh awan. Pagi itu Wandi sudah menjemput Jean ditempat kosan . mengedarai motor berwarna merah, terlihat nampak wajahnya sumeringah sekali membawa Jean ke gereja saat itu, Jean yang sudah bersiap siap sejak tadi subuh hanya bisa berpura-pura tidak ada masalah yang terjadi.
''Hai, Jean...'' sapa wandi sambil tersenyum, senyum terpesona yang keluar
'' Eh iya , Ko akhirnya kita ketemu juga ya, Jean seneng banget deh'' keramahannya yang mengalir menambah daya pikat tersendiri untuk Wandi , terang saja dari 3bulan semenjak ia mengenal Jean dari jejaring sosial baru saat itulah Wandi menemui Jean, yang rupa dan fisiknya memang benar cantik
''ummh..ya ayook'' jean tersenyum balik, mengisyaratkan Wandi agar segera pergi
Mereka berdua pergi ke sebuah Mall besar di kota Bandung, Jean sempat bingung, sebenarnya Wandi membawa Jean kemana? karna jelas Mall bukanlah tempat beribadah. namun setelah Wandi selesai memarkirkan motor dan membuka helm nya , Saat itu lah pertama kali nya Jean melihat Wajah Wandi yang memang chinese juga, rambutnya coklat , hanya saja wajahnya banyak di tumbuhi bekas jerawat. terlihat jelas bagaimana Wandi mencoba memelihara penampilan, meski dengan cara sederhana. Wandi itu mengenakan baju kemeja, dan sepatu mengilap yang baru disemir.
''Mau kemana ko?''
''Udah lihat aja, ini gereja koko namanya IFGF GISI kamu pernah kesini?
''Belom''
''Ko, Jean takut Ko''
''Kok kamu takut sih. Jean? Udah tenang aja ada koko disini temenin Jean
Jean menggandeng Wandi , naik lift menuju lantai 5 tempat bangunan gereja itu berdiri . Wandi sedikit gugup dan gemetar tapi juga bahagia. pikirnya Jean memang anggap Ia sebagai pacar dalam dunia nyata juga/
“ | ” | |
Ketika kebaktian dimulai , amplop di tebarkan dari kursi ke kursi . terang saja Jean sedikit panik, karna Ia tidak membawa uang sepeser pun, gimana mau punya uang kondisi di kosan saja sudah memprihatinkan. teringat peristiwa tadi pagi saat ibu kost ngomel-ngomel menagih Jean agar segera melunasi tunggakan kosan . yang sudah molor hampir 2 bulan, Saat itu Jean benar-benar tak punya uang sepeser pun. keterlaluan memang . kondisi separah itu Jean masih saja memaksakan diri untuk pergi bersama Wandi pun hanya bermodalkan nekat. Tubuh nya tiba-tiba gemeteran menggigil ada perasaan malu dan kacau bercampur aduk saat memegang amplop,,,,
'' Haduh mampus , Tuhan aku kan gak punya duit, ummh gimana ya, ummhh yaudah deh aku pura2 masukin duit aja deh , daripada keliatan kere nya ... '' pikirnya kebingungan didalam hati . dicondongkannya amplop ke arah bawah agar seolah terlihat nampak Jean memasukan uang kedalamnya.
Dia bergelut dalam hati. untuk bisa hadapi ini dengan sikap santai. ditepisnya perasaan malu dan gugupnya saat itu, Ia hanya tersenyum dan bersikap tenang-tenang saja walaupun hati nya gelisah dan wajahnya merah padam, menahan perasaan malu tak karuan, Padahal bisa saja Jean berkata kondisi yang sebenarnya . pada Wandi namun Ia tahan untuk tidak bicara jujur karena gengsi.
Jean mengikuti peribadatan , konsentrasinya berusaha Ia jaga, Jean meresapi kata demi kata liturgi yang sangat indah, Ia mulai meresapi setiap kata-kata yang indah dalam ibadah Ia lakoni apa yang ada pada hari ini dan yang di hadapannya.
satu kutipan yg sangan Jean suka, ketika pendeta ber khotbah adalah
“ | "Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku." | ” |
— Injil Yohanes 17:20-21
. |
Siang hari di gereja usai kebaktian kami bersalam-salaman dengan pendeta, anggota-anggota majelis, serta para jemaat. Jean dan Wandi menjadi perhatian para jemaat. Penampilan Jean rupanya lain, dibanding dengan mereka , apalagi yang membawa Jean adalah Wandi . ketua persekutuan remaja kala itu. Jean teringat peristiwa amplop tadi ''Kejadiaannya sangat memalukan'' gerutu Jean dalam hati
Oh ya Jean juga dikenalkan dengan beberapa teman Wandi disana , Mereka segera meninggalkan halaman gereja menuju parkiran. Para jemaat berjalan berendeng-rendeng gembira. Jean nampak biasa saja . Jean mendengar teriakan suara laki-laki dari arah belakang. Jean menoleh. Mieke datang menghambur ke arah Jean. Kali itu Jean diajak ikut menumpang mobil Ko Mieke yang Jean akui nyaman dan mewah. Sebenarnya Jean ingin segera pulang kerumah, namun Ko Wandi mengajak Jean untuk makan siang di salah satu foodcourt dekat Universitas kristen maranatha.
“Jean , habis dari gereja, makan dengan ayam bumbu rujak sama nasi hainan yuk ” ajak Wandi
'' Ummh Ayook pakai beras merah kalau ada,” usul Jean
Sepertinya Ko Mike seneng dengan jean, dia banyak tanya ini itu, dan sepertinya Mieke coba untuk merapat lebih dalam tentang Jean. Mieke malah ikut-ikutan makan bersama Wandi dan Jean di foodcourt dekat Kampus Universitas Kristen Maranatha saat itu
''Jean mau makan apa? Ayam bumbu rujak enak lo… tanya Wandi
''Jean mau apa?” "Tenderloin juga enak'' Mieke memotong pembicaraan dari belakang
'' apa aja deh '' jawab Jean
'' pesen aja Jean, aku yang traktir kalian'' ucap Mieke
'' Yaudah deh terserah kalian aja''
'' Yaudah , Wandi lo aja yang urus gua cari tempat duduk dulu ya sama si Jean'' Mieke sembari menepuk pundak Wandi,
Jean rupanya sedikit aneh, kenapa Wandi sepertinya begitu menurut pada Mieke
''Jean, lu unyu banget sih, Aduh, cantiknya…,”'' kata Mieke Pipi Jean dicubitnya
''aaw sakit tau ,,,engga kok Jean biasa aja''
“Kulit kamu juga bagus, halus” lanjut Mieke sambil mengamati Jean dari atas sampai bawah, mengomentari kulit Jean yang putih mulus terus terang perawakan Jean yang bahenol itulah yang memikat Mieke.
''Bagi nomer telepon ya. eh Wandi itu kan cowoknya Ivone , kok kamu mau-maunya sih?''
''akh masa sih?'' Jean heran
''Beneran masa bohong , koko Mieke makanya bingung pas kebaktian Wandi gandeng cewek baru, ya yaitu kamu Jean''
Wandi datang sembari memilin-milin struk pembayaran saat itu dengan rasa ingin tahu Ia bertanya pasa Mieke yang saat itu terlihat asik dan akrab dengan Jean
''Ada apa sih akrab banget?'' Wandi memotong pembicaraan Jean
''Engga , Wandi lu keren ya bawa cewek cantik mulu'' sindir Maike
'' Akh jangan gtu lah bro, jangan dipercaya bohong itu '' sosor Wandi
Tidak lama kemudian pelayan datang, dengan gembira menyambut nya dan ingin segera menikmati menu pesanan
''Yukk , Jean makan?'' ajak Wandi
“Mari kita makan…,” Jean berseru di hadapan Wandi dan Mieke
'' Ayook , ko Mieke''
“Eh, tunggu, berdoa dulu,” sela Jean.
“Oh, ya… Siapa yang memimpin doa? Ko Mieke aja . Koko Mieke kan yang traktir kita Jean,” seloroh Wandi pada Mieke. Wandi tersenyum.
''Ayoo ..''seru Mieke
''ini sih BRUNCH'' celetuk Mieke
''Apaan tuh?'' tanya Wandi
''Maksudnya breakfast dan lunch alias makan pagi dan siang digabung jadi satu. Mieke menerangkan itu pada Wandi .
“Atau lebih tepat lagi, makan pagi yang kesiangan…,” tambah Jean sambil tertawa.
''Habis makan,kita mau kemana Jean?''
''Ko Wandi , Jean gamau pulang dulu kita ke Dago tea house ya..yaa.yaa'' sembari membujuk-bujuk Wandi pinta Jean untuk mengulur-ulur waktu…
Dago tea House
Sore ini cuaca mendung. Udara menjadi agak dingin, sejuk. Di dago tea house . galery dan taman ini tidak pernah berubah. Daun ketapang yang berserakan di sepanjang pondokan pondokan kecil disana, dengan pemandangan yang mengarah ke kaki gunung. dan Wandi mulai bercerita terbuka tentang dirinya, cerita yang paling dramatis dalam hidupnya. kami duduk di area tempat pertunjukan kesenian yang saat itu sepi , tidak ada pertujukan disana , yang ada adalah suasana mendung menuju sore.
Wandi bercerita tentang masa pahit hidupnya '' Kalau pikirkan tentang masa kecil , rasanya sangat menyakitkan Jean'' Rokok disulut , Wandi mulai bercerita sembari mengingat memori tentang kehidupannya.
Ia terlahir dalam keluarga broken home, bukan itu saja keadaan mereka juga serba kekurangan. Wandi, ibu, beserta adiknya menempati rumah tua yang harga sewanya murah, konon katanya rumah itu ditakuti karna bekas orang bunuh diri, tapi dalam kondisi sesempit itu berpikiran seram atau nyaman tidak ada pilihan . yang terpikir hanya murah, dan bisa berteduh. jauh dari kata ideal, ruang tamu, dapur, kamar mandi, hingga merebak ke teras depan semuanya terbuat dari bilik lusuh dan lantai plur yang sudah retak-retak.
Makan pun dengan lauk-pauk seadanya, kadang makan kadang juga tidak. miris benar keadaannya. Wandi bilang Papi dan Mami nya sering bertengkar. Papinya juga sering kerap memarahi Wandi dan adiknya tanpa sebab yang jelas, dan yang lebih mengisris hari tak jarang juga mengusir nya dari rumah. Papi sering marah-marah. Kehadiran sosok Ayah seperti antara ada dan tiada buatnya.
Air matanya bahkan sering membasahi sebagian baju tidur yang dikenakannya. Ko Wandi mengira itu keringatnya sendiri yang keluar karena tegang dan putus harapan karna Tuhan tidak kunjung menyaksikan penderitaannya saat itu. Papinya pergi dan kembali hanya untuk bertengkar, di rumah bukan lain yang didapatnya kecuali caci maki orangtuanya .
Pipinya sempat pula kena tampar Papinya yang murka karna adik ko Wandi yang kala itu rewel .Ketika Papinya masuk kedalam rumah langsung disambut kata-kata pedas Mami. Tidak mau kalah, mereka saling membalas kata-kata pedas. yang dilakukan Wandi hanya segera masuk dan mengunci pintu kamar rapat-rapat . dan seolah-olah tidak perduli urusan mereka. Ekonomi lemah membuat hal sepele menjadi pertengkaran.
Ya Sialnya, hari itu kabar buruk datang , pengabdian Papi yang selama bertahun-tahun dibalas dengan surat pemecatan kantor. padahal banyak utang yang mesti dilunasi. hal itu lah yang membuat Papi melampiaskannya pada Mami Papi kerap ringan tangan. Padahal yang menutupi kebutuhan rumah tangganya dari gajinya Mami juga
'' kita cerai....cerai..cerai '' itu kalimat yang sering mereka ucapkan kalo ada masalah pasti Mami meminta perihal perceraian. tapi naas sore itu setelah pertengkaran itu berbuah petaka besar .tiba-tiba Mami berteriak karna Papi tiba-tiba kesakitan dengan memegang dada sebelah kirinya.
''Terus gimana lagi ko? '' tanya Jean penasaran
''Koko masih ingat persis sewaktu mendengar rintihan Papi saat-saat menghadapi maut Jean, Koko sadar papi membutuhkan pertolongan secepatnya, keluar kamar sambil nangis dan pegang tangannya Papi''
.'' Papi? Papi… sadar Papi…,” Mami histeris melihat Papi lunglai di bawah karpet '' Rupanya Papi sedang meregangkan tubuhnya ketika menghadapi maut . dulu , Yah koko berlari-lari ke setiap rumah dan ke halaman untuk mencari pertolongan .di ruang tamu, Mami menangis sejadi-jadinya, saat yakin Papi telah tiada.
'' Ya ampun ko , maaf Jean ga maksud buat koko ngingetin masalalu'' Jean meneteskan air mata Ia tak bisa menyembunyikan keharuan mendengar cerita Wandi
Wandi lanjut bercerita ''Mami koko lari ke depan rumah berteriak-teriak panik mencari pertolongan. Tetapi tak seorang pun tampak'' jawab Wandi matanya merah mengenang saat Papinya pulang kepangkuan Tuhan. ia sudah mengembuskan napas penghabisan. Saat itu lah ia menyaksikan ayah nya meninggalkan hidup yang fana
Ia dilarikan ke rumah sakit tapi Papi tidak tertolong ”Mungkin Papi sudah lelah, sudah saatnya kembali. Relakan saja Mi…'' koko cuman bisa tenangkan mami dengan cara seperti itu . Mami koko gak berdaya saat itu , ngomong pun udah gak sanggup, akhirnya Jenazah dibawa ke rumah adiknya, dan dimakamkan kerabat dekat yang ada di kota “Yogya”. setelah Papi meninggal .Mami ,koko dan Adik tinggal dirumah sodara di sulawesi, dan koko yah disini di Bandung sama tante sampe segede ini , dapet kerjaan dan puji Tuhan kondisi Mami makin baik dan Adiknya koko sekarang sekolah di Stan'' masing-masing dari kami akhirnya merantau dan sekarang Koko bekerja di perusahaan periklanan asing menjadi creative director. Mulai saat itu juga koko menjadi sangat sibuk dengan kegiatan gereja, dan melakukan pelayanan rohani
''Semua berkat Tuhan Jean'' Wandi tersenyum
Jean tertegun dan sadar bahwa ujian tiap manusia itu memang berbeda-beda ada kalanya , Tuhan menghujam berliku tujuan untuk menguju umatnya.
“Kisah koko benar-benar heroik!” puji Jean.
''Sudah masa lalu Jean '' balas Wandi , Wandi menemukan ketenangan di wajahnya Jean yang membuat mereka senantiasa merasa dekat, Kisah ko Wandi jadi mirip-mirip dongeng. Tentang keyakinan pada mujizat Tuhan, berkembang bagai tak terbantahkan Akankan kehidupannya Jean berubah juga?
Dalam hati Jean berpikir Ia juga ingin melanjutkan kuliah lagi. setahun sudah sejak lulus SMA Ia bekerja hanya sebagai Waiter atau SPG . rasanya ingin ada perubahan. Tentu ia sadar, niat tersebut harus ditopang kerja keras dan doa. Soal biaya? Ah, bukankah rezeki seumpama teka-teki, sulit-sulit mudah untuk diselidiki? Banyak orang yang dinilai tak berharta, tapi lulus sarjana dan Jean ingin masuk dalam golongan tersebut. Tak kaya, tak mengapa. Tapi, pantang baginya memiskinkan cita-cita.Ya, soal keinginan kuat membakar semangatnya . dan tidak sedikitpun menciutkan nyalinya.
''Jean , kita lanjutkan pacaran nya? Koko bener-bener sayang sama Jean'' ungkap Wandi
''Hah , apa ko?'' Jean bimbang. Sulit sekali untuk menyatakan tidak atau ya. Justru yang terbayang adalah wajah ibunya. cerita kehidupan Wandi saat itu sungguh-sungguh menggugah Jean
''Jean, Koko tak pernah main-main dengan ucapan koko . Koko tak suka kepura-puraan,” katanya tegas. “Apa kamu melihat wajah koko seperti pura-pura?” '' atau Jean keberatan kita lanjutkan semua didunia nyata?''
“Bukan karena aku keberatan, cuma belum saatnya.” jawab Jean
Hening. Jean menatap wajah Wandi dalam-dalam. Jean menginginkan pengertiannya.
Wandi bertanya sekali lagi, '' terima koko ya Jean''
Berharap agar Jean membatalkan untuk mengakhiri hubungannya yang selama ini terjalin didunia maya.
''Jean ga bisa ko'' jawabnya tertunduk sedih Jean hendak menjaga perasaan Wandi yang selama 3bulan terakhir ini mendampingi Jean tanpa merasa dikhianati.
''Kamu , ilfil dengar cerita koko?'' tanya Wandi dengan mata yang berkaca-kaca
''Bukan, ilfil ko, asal ko Wandi tahu hidup aku juga di dalam titik dimana koko sedang rapuh, Jean gamau , Jean malu, Jean itu cuman gadis miskin ko''
''Ini main-main atau sungguhan? Jean?''
''Serius Ko, Jean bohong Kalo Jean Mahasiswi, Jean cuman kerja jadi waiter di green tea caffe'' ''Jean selama ini bohongin koko''
“Sudahlah, tak usah beralasan. Kamu memang gak menginginkan koko kan? padahal koko pengen mempertemukan kamu dengan ibuku. koko kecewa ,
''Jean , itu gak ada apa-apanya ko..'' interpretasi yang dalam suara Jean melemah terisak tangis
Dilangit petang temaram itu Jean menjelaskan apa yang sebenarnya menggelayut dipikirannya, sembari menguatkan hati dan air mata berderai Jean mengungkap kisah pahit hidupnya yang sebenarnya.
''keluargaku berantakan. Dari Sumatra, aku dikirim ke kota kecil di Jawa Barat ini, ikut Pama yang selanjutnya kupanggil Mamang. aku sekarang tinggal di kosan dan numpang dirumah teman papa'' ungkap Jean
''Urusannya dengan hubungan kita apa?''
''Aku malu , dan aku gamau menjalin hubungan dengan siapapun sebelum aku bisa melewati masa buram yang sama seperti yang udah Koko lewatin''
''Keluarga Jean juga bangkrut Ko, dan dikejar-kejar dep kolektor juga'' ''Hutang Mami papi Jean juga banyak makanya Jean dilempar kesini'' '' Jean gak siap jatuh , cinta Jean gak siaapp'' menangis terbata2
''Koko mau terima hidup kamu Jean! tidak ada sesuatu yang terlalu perlu dikhawatirkan. Selmua bisa berubah jika kita mau bersikap berserah kepada Yang Kuasa''
''Maafin Jean ko, Jean gak bisa'' Mata Jean menjadi berkaca-kaca. Dia peluk Wandi dari belakang.
Wandi membalikan badannya dan memeluk Jean , lalu mengusap rambutnya
''Sudah Jean , jangan nangis, koko ngerti , koko gak bisa maksa"'
”Kalo hati Jean telah benar-benar sehat, siap jatuh cinta lagi…,” katanya tersedu sambil makin mengencangkan pelukannya.
Keadaannya Jean sebenarnya sedang turun naik kala itu. Kadang tampak sangat ceria seperti saat pagi tadi. Pada kondisi seperti itu Jean seperti Wandi kenal di telpon: ceplas-ceplos suka melucu. Pada kali ini tampak sangat drop
Bisa dipahami keresahan Jean. Mungkin hubungan didunia maya tidak seindah pada dunia nyata yang sebenarnya. Dulu mungkin tak terpikir akan muncul keresahan akan pertemuan ini akan berujung keputusan yang seperti ini.
Jean meski tak terucap. bukannya tak paham hal itu. Hanya saja, semua dalam posisi seperti yang tidak tepat juga , apa yang bisa Jean lakukan? Jean pikir Kita punya kehidupan sendiri-sendiri. Meski Wandi sering menelepon setiap saat pasti. Meski, Jean sadari itu juga kurang cukup. Bahkan kadang Wandi meresahkan diri sendiri, kalau menangkap hati Jean tampaknya kurang sehat. Setiap resah akan keadaan Jean,Wandi akan terus-terusan menelepon Jean. Bertanya ini-itu, dan seterusnya.
''Jean pulang ko'' Jean rupanya sedang putus asa dengan hidupnya .Akan tetapi, ia masih percaya, kemukjizatan akan mengembalikan segala-galanya kalau Yang Kuasa menghendaki.
Wandi memeluk Jean erat-erat. “Kamu jangan pulang dulu, jangan pulang dulu…,”
Ada tetesan air. hujan agaknya akan segera turun , benar saja hujan sore itu tiba-tiba mengguyur deras
“Kita sama-sama bisa berdoa Jean, percayalah, Tuhan akan menolong kita. Dia mungkin sudah turun, bersama hujan…” kata Wandi mengajak Jean sedikit bercanda.
Mata Jean makin berkaca-kaca. Hujan terdengar semakin deras.
“Nah, ya kan, Tuhan makin deras…,” ujar Wandi lagi melucu.
Kali ini Jean terlihat tersenyum. Saat itu Jean hanya berpikir satu hal: mudah-mudahan Tuhan benar-benar datang bersama hujan, dan hati Jean cepat sembuh.